PSIKOLOGI PENDIDIKAN: PERKEMBANGAN SELAMA MASA ANAK-ANAK DAN REMAJA



PSIKOLOGI PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN SELAMA MASA ANAK-ANAK DAN REMAJA

Oleh:
I Putu Arya Suryawan
aryasuryawan.putu@gmail.com


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Anak adalah salah satu yang dapat dibanggakan oleh kedua orang tuanya, dan anak sering menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah rumah tangga. Terlebih di wilayah Bali yang menganut sistem patrilinear, dimana anak laki-laki menjadi pewaris dan lebih diharapkan dalam keluarga masyarakat Bali. Tak dipungkiri bahwa perlakuan keluarga kepada anak laki-laki dan perempuan dalam keluarga masyarakat Bali tentu mengalami perbedaan, anak laki-laki yang cenderung di saying oleh orang tua dan kakek neneknya dibandingkan anak perempuan. Namun paradigm seperti itu telah berubah seiring kemajuan zaman dan perubahan tatanan kebudayaan, dimana anak perempuan dapat menjadi ahli waris dalam sebuah keluarga.
Melihat perkembangan anak selama masa kanak-kanak hingga remaja tentunya tidak lepas dari peran orang tua sebagai pendidik di lingkungan keluarga. Disadari atau tidak orang tua lah yang berperan besar terhadap perkembangan anaknya baik dari segi fisik, kognitif maupun sosioemosinya. Para orang tua sebagai pendidik harus mengetahui teori-teori utama tentang perkembangan kognisi, social dan moral sehingga para orang tua memahami pertumbuhan dari kecil hingga remaja sesuai dengan tahapan-tahapannya. (Comer, dalam Slavin, 2011 : 86)
Dalam psikologi pendidikan juga dipelajari bagaimana perkembangan anak sesuai usianya untuk memahami perkembangan anak dan menyesuaikannya dengan sistem pendidikan yang akan diberikan. Seorang guru sebagai pendidik pada lingkungan pendidikan formal juga harus memahami perkembangan peserta didiknya sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Muhammad dan Novan (2013) memaparkan ada beberapa manfaat bagi guru dalam mempelajari psikologi pendidikan, antara lain: agar guru memahami perbedaan siswa (Diversity of Student), untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif di dalam kelas, untuk memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat, memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa (konseling), mengevaluasi hasil pembelajaran, berinteraksi secara tepat dengan siswanya, menilai hasil pembelajaran dengan adil, menetapkan tujuan pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penyusunan jadwal pelajaran, dan memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. (Hardiyanti dalam LinkedIn.com)
Untuk itu dalam makalah ini akan disajikan tahapan perkembangan fisik, kognisi serta sosioemosi anak dari usia pra-sekolah hingga usia remaja, yang disajikan secara rinci agar lebih mudah untuk dipelajari.

I.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Perkembangan Fisik Pada Anak Pra-sekolah, Usia Sekolah dan Remaja.
2.      Bagaimana Perkembangan Kognisi Pada Anak Pra-sekolah, Usia Sekolah dan Remaja.
3.      Bagaimana Perkembangan Sosioemosi Pada Anak Pra-sekolah, Usia Sekolah dan Remaja.

I.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penuisan makalah ini, antara lain:
1.      Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Fisik Pada Anak Pra-sekolah, Usia Sekolah dan Remaja?.
2.      Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Kognisi Pada Anak Pra-sekolah, Usia Sekolah dan Remaja?.
3.      Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Sosioemosi Pada Anak Pra-sekolah, Usia Sekolah dan Remaja.

1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:
1.      Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai pendalaman terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan psikologi pendidikan.
2.      Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi bagi pembaca.


BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Perkembangan Fisik Pada Anak Pra-sekolah, Usia Sekolah dan Remaja.
Perkembangan fisik ditujukan dengan pertumbuhan organ-organ tubuh anak seperti bentuk tubuh, alat gerak yang semakin berfungsi maksimal serta perkembangan kedewasaan anak sampai masa pubertas. Berikut ini perkembangan fisik anak dari usia pra sekolah hingga dewasa :
Masa Pra-sekolah (usia 2-5 Tahun).
Pada umumnya perkembangan fisik pada anak usia pra-sekolah sama, walaupun ada beberapa anak yang mampu melakukan kegiatan motorik lebih daripada anak lain seusianya. Perkembangan fisik anak usia pra-sekolah meliputi perkembangan otot kecil atau motorik halus dan perkembangan otot besar atau motorik kasar, sesuai table berikut ini :
USIA
KEMAMPUAN
MOTORIK HALUS
( otot kecil )
MOTORIK KASAR
( otot besar )
2 Tahun
Mendorong, menarik, meraih benda dengan kedua tangan 
Berjalan dengan posisi kaki masih mengangkang, tubuh berayun, memanjat, bergelantungan dengan kedua tangan. 
3 Tahun
 Meraih benda dengan satu tangan, menyusun balok, mengoleskan cat
Berjalan dengan posisi kaki sudah rapat, berlari dengan mulus. 
4 Tahun
 Menggambar bangunan dan bentuk, melukis, menggunakan balok yang lebih besar
Dapat berlari sesuai irama, melompat, berjalan dan berlari dengan kekuatan. 
5 Tahun
 Memasang kancing baju, memasang resleting jaket, mengikat tali sepatu, menggunakan perkakas dan alat dengan benar.
Berjalan pada balok keseimbangan, melompat dengan mulus, berdiri pada satu kaki. 

Masa Sekolah (usia 6-12 Tahun).
Pada masa sekolah dasar, tingkat perkembangan fisik anak mengalami perlambatan dibandingkan pada usia pra-sekolah dasar. Pada masa usia pra-sekolah dasar terjadi perkembangan dalam hal otot dan tulang, namun pada usia sekolah dasar otot dan tulang yang tidak mengalami perkembangan lagi, tetapi mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan perubahan ukuran tubuh anak. Perkembangan rangka lebih dominan dari perkembangan otot, sehingga terlihat jelas perkembangan fisik yang terjadi pada anak usia sekolah dasar.
Dalam perkembangan di usia sekolah dasar ini, anak-anak lebih diarahkan ke aktivitas olahraga agar perkembangan rangka anak menjadi lebih maksimal dan proposional. Secara aktivitas, anak pada usia ini lebih aktif dalam melakukan kegiatan motorik kasar, sehingga anak susah untuk diperintahkan diam selama beberapa saat. Perkembangan fisik anak pada usia sekolah dasar mengalami perbedaan sesuai jenis kelamin, berikut akan disajikan perkembangan anak dalam bentuk tabel :
USIA
PERKEMBANGAN FISIK
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
6-8 Tahun
 Rangka mengalami perkembangan yang pesat, cenderung lebih tinggi dari anak perempuan.
Rangka mengalami perkembangan yang lambat, cenderung lebih pendek dari anak laki-laki. 
9-12 Tahun
Pertumbuhan rangka terus berlangsung tetap hingga menuju pubertas. 
Pertumbuhan rangka lebih pesat, sehingga lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki-laki, pertumbuhan terus hingga memasuki masa pubertas. 

Pada masing-masing anak mengalami tingkat pertumbuhan yang berbeda hingga mencapai masa pubertas. Kecenderungan anak yang telah mencapai masa pubertas lebih dulu akan berakibat terjadinya kenakalan dibandingkan anak yang belum memasuki masa pubertas.
Masa Sekolah Menengah Pertama dan Atas (usia 13-17 Tahun).
Pada usia ini anak memasuki masa pubertas, meskipun pada setiap anak mengalami urutan tahap perkembangan pubertas yang sama, namun waktu dan kecepatan pertumbuhan pada masa pubertas setiap anak umumnya berbeda, tergantung dari jenis makanan dan lingkungan sosial mereka. Pada umumnya anak wanita mengalami masa pubertas lebih awal daripada anak laki-laki yaitu 1 hingga 2 tahun lebih awal dari anak laki-laki. Anak wanita mulai memasuki masa pubertas pada usia 11 tahun, namun pada anak kali-laki mulai memasuki usia pubertas pada usia 13 tahun.
Kematangan pubertas akan mempengaruhi tingkat kematangan organ reproduksi setiap anak. Waktu yang ditempuh bagi setiap anak untuk menuju kematangan pubertas juga beragam, namun dari awal mulainya pubertas anak dapat menempuh waktu rata-rata selama 6 tahun hingga mencapai kematangan pubertas, tetapi ada juga anak yang hanya menempuh waktu 18 hingga 24 bulan untuk mencapai kematangan pubertas tersebut.
Perbedaan tahap perkembangan pubertas pada setiap anak akan mempengaruhi psikologis anak tersebut. anak yang mengalami masa pubertas lebih awal dibandingkan temannya akan kelihatan lebih menonjol daripada teman lainnya sehingga dampak psikologis yang ditimbulkan seperti anak akan mengalami perasaan malu atau lebih nakal dari teman lainnya. Pengarus psikologis terhadap tingkat kematangan pubertas juga beraneka ragam, ada anak yang mengalami kenakalan terlebih dahulu dibandingkan ejakulasi dini, namun ada anak yang mengalami ejakulasi dini lebih dahulu baru kenakalannya meningkat.

II.2 Perkembangan Kognisi Pada Anak Pra-sekolah, Usia Sekolah dan Remaja.
Perkembangan kognisi anak sebanding dengan perkembangan otak anak, perkembangan tersebut dimulai dari sensorimotor berupa stimulus rangsangan kepada otak anak untuk pengembangan kognitif mereka. Anak yang sudah mengalami perkembangan otak yang baik disertai dengan penerapan stimulus yang benar akan menjadikan anak tersebut unggul dibidang kognitifnya.
Usia Pra-sekolah.
Perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah dimulai dari perkembangan sensori motor menuju ke praoperasi, jadi dari hal-hal yang bersifat sederhana menuju ke hal-hal yang bersifat pra-logika, berikut adalah tabel perkembangan kognitif anak sesuai dengan tahapan sensorimotor :
JENIS SENSORIMOTOR
PERKEMBANGAN
Bahasa
Anak usia 1 tahun : belajar mengucapkan kata-kata yang sederhana, seperti da-da, pa-pa
Anak usia 2 tahun : menggabungkan 2 kata yang sederhana
Anak usia 3 tahun : menggabungkan beberapa kata yang berbeda
Anak usia 4 tahun : dapat memperbaiki kata-kata yang salah
Anak usia 5 tahun : dapat menjawab pertanyaan dengan benar
Membaca
Kemampuan membaca anak tergantung dari stimulus yang diberikan oleh orang tua, anak yang sering dibacakan sesuatu oleh orang tuanya akan mengalami ketertarikan membaca yang lebih daripada yang tidak pernah dibacakan.
Anak juga mengerti alur cerita, dan dapat memperkirakan apa yang akan terjadi berikutnya
Anak dapat memahami susunan huruf dari kiri ke kanan, buku dibaca dari depan ke belakang, dan juga menafsirkan kata melalui gambar.
Menulis
Kemampuan menulis anak terlihat dari goresan atau coretan di sebuah kertas, mulanya tidak teratur di semua halaman hingga anak dapat menulis sesuai dengan halaman, pada usia pra-sekolah ini anak dapat menghubungkan bunyi yang didengar dengan huruf yang dikenal. 

Keterlibatan para orang tua dalam perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah sangat besar sekali, para orang tua yang lebih banyak menghabiskan waktu dirumah bersama anaknya akan dapat memberikan stimulus yang lebih untuk perkembangan kognitif anak.
Usia Sekolah Dasar
Pada usia ini anak akan mengalami perubahan dari masa pra-operasional ke masa kongkrit. Anak akan lebih mengetahui sesuatu hal yang pasti, anak yang sebelumnya melakukan sesuatu yang bersifat fisik akan berubah akan melakukan sesuatu yang bersifat mental. Pada usia ini anak masih tetap mempertahankan karakter kognitif yang telah didapatkan sebelumnya meskipun anak telah menuju ke karakter kognitif yang lebih tinggi, untuk ini sebagai seorang pendidik harus berhati-hati terhadap peningkatan karakter kognitif yang dialami anak pada usia ini, karena kemampuan anak untuk mengingat sesuatu sangat tinggi dan sudah dapat memikirkan apa yang difikirkan.
Usia Sekolah Menengah Pertama dan Atas
Perkembangan kognitif pada usia ini sangat rawan sekali, hal tersebut dipengaruhi oleh masa pubertas yang dilalui oleh siswa. Pubertas dapat mengarahkan siswa untuk merubah cara berfikir kognitifnya yaitu dari cara kongkret menjadi cara formal. Secara umum perkembangan kognitif siswa pada usia ini dicirikan dengan pertumbuhan pemahaman dan kemempuan yang terus menerus, sehingga setiap siswa dituntut untuk dapat mengikuti secara alamiah agar kemampuan kognitif anak menjadi lebih baik.
Salah satu karakteristik yang menandai perkembangan pemikiran formal adalah Hipotesis-Deduktif. Piaget mengemukakan bahwa penggunaan operasi formal bergantung pada ketidak asingan siswa pada mata pelajaran tertentu. Ketika siswa merasa mata pelajaran yang diajarkan disekolah asing makan saat itulah siswa mengalami ketidakmampuan dalam operasi formal dan kemunduran dalam kognitifnya. Ada beberapa tips untuk mengarahkan siswa agar dapat berfikir operasional formal yaitu :
1.      Mintalah siswa untuk menulis makalah yang berisi perbedaan jelas antara alas an mendukung dan alas an menentang.
2.      Mintalah siswa membahas gagasan bersama teman-temannya.
3.      Kembangkan kegiatan kerjasama kelompok.
4.      Kembangkan kegiatan yang mengulas bahwa fakta memiliki bukti-bukti.
5.      Mintalah siswa untuk mengkritik karya mereka sendiri.

II.3 Perkembangan Sosioemosi Pada Anak Pra-sekolah, Usia Sekolah dan Remaja.
Sosio-emosional berasal dari kata sosial dan emosi. Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial.  Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral agama. Sedangkan emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi dibedakan menjadi dua, yakni emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar. Emosi negatif sperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya. (Anis dkk, 2012)
Perkembangan sosioemosi anak sangat tergantung oleh perlakuan yang diterima anak dari lingkungan mereka yang mencakup keluarga, teman, dan pengaruh-pengaruh karakter dari orang yang lebih dewasa. Berikut ini karakteristik perkembangan sosioemosi anak usia pra-sekolah hingga usia sekolah menengah pertama dan atas :
USIA
PERKEMBANGAN SOSIOEMOSI
Pra-sekolah Dasar
·  Anak harus menuntaskan krisis kepribadian antara inisiatif dan rasa bersalah
·  Hubungan teman sebaya, dapat membantu anak dalam mengatasi egosentrisme, ketika terjadi pertengkatan harus bekerjasama menyelesaikannya, dan mengajarkan bahwa orang lain mempunyai pemikiran, perasaan, dan sudut pandang yang berbeda dari mereka sendiri.
·  Prilaku professional diharapkan dari lingkungan social, orang tua, orang dewasa, contoh positif dari orang dewasa.
·  Permainan untuk anak usia pra-sekolah adalah untuk mengasah keterampilannya dan kreativitas.
Sekolah Dasar
·   Tahap saya-dapat-melakukannya-sendiri, tahap kemandirian pada anak, kerjasama dengan kelompok, tampil dengan cara yang dapat diterima oleh sosial
·  Konsep diri dan harga diri, anak mulai terfokus pada sifat yang lebih abstrak dan internal, seperti kecerdasan dan kebaikan hati, anak juga dapat mengevaluasi kemampuan mereka sendiri.
·  Peran teman sebaya sangat penting daripada orang tua dan guru.
·  Persahabatan memiliki arti yang penting bagi anak usia sekolah dasar. Teman yang baik akan dipuji sedangkan teman yang tidak cocok akan di maki.
·  Penerimaan teman sebaya memberikan motivasi bagi anak
Sekolah Menengan Pertama dan Atas
·   Ingin diperlakukan berbeda oleh orang tua dan teman adalah hal yang penting bagi mereka
·  Perkembangan identitas ditandai dengan kecenderungan memikirkan apa yang terjadi kedalam benak sendiri (refleksi)
·  Konsep diri dan harga diri dengan munculnya sifat ramah, menjengkelkan, emosi, tertekan, ketakutan, keyakinan pribadi.
·  Hubungan sosial yang terjadi sehingga remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama temannya
·  Hubungan dengan teman sebaya berdasarkan status sosial dan kecocokan
·  Masalah masa remaja seperti gangguan emosi, bullying, putus sekolah, penyalahgunaan obat-obatan dan alcohol, kenakalan remaja, resiko kehamilan, penyakit menular seksual, identitas seksual.




BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Perkembangan fisik ditujukan dengan pertumbuhan organ-organ tubuh anak seperti bentuk tubuh, alat gerak yang semakin berfungsi maksimal serta perkembangan kedewasaan anak sampai masa pubertas.
2.      Perkembangan kognisi anak sebanding dengan perkembangan otak anak, perkembangan tersebut dimulai dari sensorimotor berupa stimulus rangsangan kepada otak anak untuk pengembangan kognitif mereka.
3.      Anak yang sudah mengalami perkembangan otak yang baik disertai dengan penerapan stimulus yang benar akan menjadikan anak tersebut unggul dibidang kognitifnya.
4.      Perkembangan sosioemosi anak sangat tergantung oleh perlakuan yang diterima anak dari lingkungan mereka yang mencakup keluarga, teman, dan pengaruh-pengaruh karakter dari orang yang lebih dewasa.

III.2 Saran
Dari makalah ini, penulis dapat memberikan beberapa saran kepada pembaca sebagai berikut :
1.      Bagi para orang tua, hendaknya dapat memahami psikologis anak dan menanamkan prilaku yang baik terhadap anaknya sejak dini.
2.      Bagi para pendidik agar dapat memahami psikologi perkembangan anak agar dapat memberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak.
3.      Bagi instansi lembaga pendidikan hendaknya menerapkan pengembangan psikologi pendidikan untuk menunjang peningkatan kemampuan kognitif siswa.
4.      Bagi para mahasiswa program Pascasarjana Teknologi Pembelajaran, hendaknya lebih dikembangkan penelitian kearah psikologi pendidikan agar kualitas pendidikan dapat diperbaiki dan dapat merancang sebuah metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan perkembangan psikologis anak.


DAFTAR PUSTAKA

Slavin, 2011, Psikologi pendidikan, PT Indeks, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rangkuman jurnal: Pengaruh model pembelajaran inquiry training dan motivasi terhadap hasil belajar fisika siswa

Dahlia, M. P., Sondang, R. M. 2016. Pengaruh model pembelajaran inquiry training dan motivasi terhadap hasil belajar fisika siswa...