APLIKASI DAN PERAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI INDONESIA



APLIKASI DAN PERAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
DI INDONESIA

Oleh:
I Putu Arya Suryawan
aryasuryawan.putu@gmail.com
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk mencetak sumber daya manusia yang dapat menjawab segala tantangan di era globalisasi dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan, reformasi kurikulum hingga menerapkan sistem pembelajaran yang mengarah kepada kemajuan teknologi. Pemerintah Indonesia menuntut adanya perubahan yang signifikan terhadap dunia pendidikan, dimana Departemen Pendidikan Nasional melakukan berbagai macam perubahan kurikulum, mulai dari Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 2004 yang disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, dan kemudian kurikulum yang terbaru tahun 2013. Semua kurikulum tersebut berakar dari apa yang dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Nasional yaitu Kihajar Dewantara yang dikenal dengan ingarso suntulodo, ingmadyo mangunkarso dan tut wuri handayani. Melalui Sekolah Taman Siswa, yang ia didirikan, beliau berjuang untuk membangun anak didik manusia Indonesia menjadi bebas lahir dan batin, yang mulia kecerdasan, dan fisik yang sehat untuk menjadi anggota dari masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab pada keharmonisan bangsa, tanah air, serta orang-orang pada umumnya (Sukardjo 2012: 99).
Sesuai dengan amanat Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional Pendidikan, salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat modern dewasa ini dan sifatnya yang selalu menantang, mengharuskan adanya pendidik yang professional. Hal ini berarti bahwa dimasyarakat diperlukan pemimpin yang baik, dirumah diperlukan orang tua yang baik, dan disekolah dibutuhkan guru yang professional. Akan tetapi, dengan ketiadaan pegangan tentang persyaratan pendidikan professional, maka hal ini menyebabkan timbulnya bermacam-macam tafsiran orang tentang arti guru yang baik atau professional. Pengertian guru professional adalah semua orang yang mempunyai kewenangan serta bertanggung jawab tentang pendidikan anak didiknya, baik secara individual atau klasikal, disekolah atau diluar sekolah (Imas, Berlin, 2016:8). Secara sederhana, alat untuk mengukur tingkat profesionalisme guru dalam beberapa hal yaitu, kecakapan, kewenangan, kekuasaan dan kemampuan atau seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Paradigm pendidikan zaman sekarang banyak sekali kita melihat sekolah-sekolah dengan mutu pendidikan yang sangat rendah. Penilaian tersebut terlihat dari pencapaian prestasi belajar yang diraih oleh siswa pada suatu sekolah. Siswa yang dapat meraih nilai yang baik dalam ujian nasional secara tidak langsung akan mengangkat nama baik sekolah tempat mereka belajar. Sekolah dengan hasil UN terbaik akan menjadi favorit di masyarakat, dan masyarakat berbondong-bondong untuk menyekolahkan anak mereka pada sekolah tersebut. disisi lain ada juga sekolah yang belum mencapai pencapaian yang maksimal pada nilai UN siswa, hal tersebut karena kurang maksimalnya sistem pendidikan yang diterapkan pada sekolah tersebut. Menurut Kadim Masykur di Simarmata (2008), konsep kesalahan dalam bidang Ilmu telah terjadi di mana-mana dan terjadi pada tingkat pendidikan yang rendah untuk pendidikan tinggi. Rendahnya pemahaman siswa dalam memahami suatu pelajaran ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan.
Segala bentuk paradigma pendidikan yang terlihat tersebut tidak lepas dari pengaruh teknologi pendidikan dalam merancang sebuah sistem pendidikan hingga mengaplikasikannya terhadap sistem pembelajaran di Indonesia. Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber untuk belajar. (Barbara & Rita, 1994:10). Untuk itu peran teknologi pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, kurang tersentuh oleh teknologi pembelajaran, hal tersebut terlihat pada setiap sekolah tidak ada seorang teknolog pembelajaran yang melakukan control terhadap sistem pembelajaran yang dilaksanakan.
Pemerintah melalui Departemen Pendidikan hendaknya lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan Nasional. Permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan cepat tanpa teknologi pendidikan yang baik. Permasalahan yang timbul dalam dunia pendidikan akan mengakibatkan menurunnya kualitas sumber daya manusia Indonesia, dan pembangunan dalam sector kemanusiaan akan menjadi terhambat. Seiring perkembangan zaman menuju era globalisasi, sumber belajar sangat banyak tersedia. Kemajuan teknologi lebih menunjang pendidikan dalam mencari sumber belajar, namun hal tersebut tidak lepas dari peran teknolog pembelajaran untuk mendasain sebuah pembelajaran berbasis teknologi.
Banyak terdapat media belajar yang memungkinkan dipakai untuk proses pembelajaran, seperti telepon, radio, televisi, surat kabar dan lainnya. Media tersebut harus dimanfaatkan secara maksimal oleh pengajar. Informasi yang diperoleh dari beberapa media umum tersebut dikonstruksikan dengan materi pelajaran di sekolah, sehingga wawasan peserta didik menjadi luas dan terbuka. Kurangnya pemanfaatan media umum juga mempengaruhi psikologis siswa, bahwa siswa beranggapan bahwa hanya dari buku sekolah saja mereka dapat belajar, atau hanya dari guru saja mereka mendapatkan materi pelajaran, namun sesungguhnya seluruh pengetahuan belajar banyak terdapat dalam media umum.

1.2  Rumusan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana aplikasi teknologi pendidikan terhadap pendekatan pemecahan masalah pendidikan?.
2.      Apa yang dimaksud dengan pusat sumber belajar?.
3.      Apa yang dimaksud dengan pustekkom?.
4.      Apa yang dimaksud dengan sistem belajar jarak jauh?.
5.      Apa yang dimaksud dengan televisi siaran terbatas?.
6.      Apa yang dimaksud dengan siaran radio pendidikan?.

1.3  Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuanya adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana aplikasi teknologi pendidikan terhadap pendekatan pemecahan masalah pendidikan.
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pusat sumber belajar.
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pustekkom.
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem belajar jarak jauh.
5.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan televise siaran terbatas.
6.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan siaran radio pendidikan.


1.4  Manfaat
Adapun manfaat yang dapat dipetik melalui pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1Manfaat Teoretis
a)      Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengambil kebijakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan pendidikan.
b)      Sebagai pengembangan dan rangkuman ilmu yang menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan, dan khususnya bagi pendidikan, untuk memperkaya studi tentang teknologi pendidikan dan pembelajaran.
c)      Sebagai khasanah pengetahuan bagi pembaca dan bahan referensi bagi disiplin ilmu yang terkait.
2Manfaat praktis
a)      Dapat menjadi acuan bagi guru-guru dalam pendidikan dan pembelajaran.
b)      Bagi kepala sekolah, sebagai masukan agar dapat memanfaatkan teknologi pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
c)      Bagi masyarakat umum, orang tua siswa, sebagai masukan agar memahami pentingnya teknologi pendidikan dan pembelajaran untuk mendidik generasi muda bangsa.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Aplikasi Teknologi Pendidikan Terhadap Pendekatan Pemecahan Masalah Pendidikan
Permasalahan dalam dunia pendidikan sangat kompleks sekali, selain sistem pendidikan yang terus mengalami pergantian, sarana dan prasarana penunjang pendidikan juga belum tersedia maksimal. Kurikulum yang terus mengalami pergantian setiap era kabinet mengakibatkan munurunnya kinerja guru, karena guru beranggapan beban kerjanya sangat berat dan rumit. Untuk menyikapi hal tersebut perlu adanya peran teknologi pendidikan dan pembelajaran untuk menjadikan sistem pendidikan stabil dan tetap. Peran serta teknologi pendidikan dan pembelajaran untuk mengaplikasikan seluruh teknologi yang dapat merubah sistem pendidikan kearah yang lebih baik.
Aplikasi atau penerapan teknologi pendidikan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran mempersyaratkan minimal tersedianya hal-hal berikut: a) dukungan teknologi atau infrastruktur, b) penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan kontent, c) dukungan policy dari pemerintah dan top leader, d) kesiapan masyarakat pengguna atau user. Sementara itu pemecahan masalah belajar secara empirik dapat dilakukan dengan berbagai cara, strategi, dan prosedur (Purwanto, 2005:17­-18).
Aplikasi atau penerapan teknologi pendidikan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran dengan cara: 1) memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem; 2) memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di antaranya; 3) menggunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar; 4) timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan. Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah (Miarso, 2007:78).
Penerapan teknologi pendidikan dapat berwujud dalam berbagai bentuk upaya memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran, khususnya dalam perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan, yaitu: a) menerapkan prosedur pengembangan pembelajaran dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus dan perangkat pembelajaran lain, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); b) menerapkan prosedur pengembangan pembelajaran dalam penyusunan bahan belajar, modul, buku teks, atau buku elektronik (e-book); c) menerapkan metode pembelajaran yang lebih menekankan kepada penerapan teori-teori belajar mutakhir, seperti teori belajar konstruktivisme dan paradigma baru pendidikan lainnya; d) mengembangkan dan memanfaatkan berbagai jenis media yang sesuai dengan kebutuhan dan dengan mengindahkan prinsip-prinsip pemanfaatannya secara efektif dan efisien (Purwanto, 2005:18) dan (e) mengembangkan strategi pembelajaran untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
Sesungguhnya pemanfaatan teknologi untuk keperluan pendidikan dalam hal fungsinya sebagai media pembelajaran bukanlah merupakan hal baru. Sejarah teknologi pendidikan, khususnya pemanfaatan media massa dalam konteks pendidikan, merupakan bagian dari suatu revolusi. Penggunaan buku, film, radio, TV dan multimedia interaktif telah menjadi harapan masyarakat sebagai sarana untuk bisa membantu memecahkan berbagai masalah proses pembelajaran dalam sistem pendidikan, merupakan upaya pemanfaatan teknologi untuk menunjang peningkatan kualitas proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan secara tradisional.
Dibandingkan dengan penggunaan media lain sebagai media pembelajaran, Internet menjanjikan kemungkinan yang lebih lugs dan memiliki dampak yang lebih serius terhadap masyarakat, balk masyarakat politik maupun masyarakat pendidikan. Sebagai contoh ialah Televisi yang sebagai media massa pemanfaatannya lebih menonjol pada aspek hiburan, walaupun sesungguhnya sebagai media massa dia juga mempunyai peran/fungsi yang lain yaitu pengawasan lingkungan, korelasi antar bagian dalam masyarakat dan sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai. Sedangkan komputer/Internet pemanfaatannya lebih luas lagi yaitu mencakup bidang-bidang pekerjaan, sekolah (pendidikan), permainan/ hiburan dan perdagangan balk dalam lingkup individu, lingkup keluarga, institusi maupun bisnis. Dengan demikian trend ke depan menunjukkan bahwa model-model pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi atau ICT ini makin berkembang.
Sistem pembelajaran yang inovatif, sebagai bentuk aplikasi konsep teknologi pendidikan, telah berhasil diciptakan dan bahkan dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional. Sistem itu antara lain SD PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua dan Guru), SD Kecil, SMP Terbuka, MTs Terbuka, SMA Terbuka, Universitas Terbuka, dan berbagai sistem pembelajaran jarak jauh yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga Diklat, Diklat guru SD melalui Siaran Radio Pendidikan (Diklat SRP), Diklat bahasa Inggris guru SD sistem jarak jauh, Siaran Radio Pendidikan untuk Murid Sekolah Dasar (SRPM SD), IDLN, SEAMOLEC, pendidikan di rumah (Home schooling), dan lain-lain.
Selain itu berbagai strategi belajar dan pembelajaran yang inovatif, sebagai bentuk aplikasi konsep teknologi pendidikan, yaitu: belajar berbasis masalah, belajar berbasis aneka sumber (BEBAS), pembelajaran elaboratif, pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi atau ICT, seperti e-dukasi net, ASEAN SchoolNet, serial televisi ACI (Aku Cinta Indonesia =Amir Cici dan Ito), siaran Televisi Edukasi (TVE), dan lain lain. (http://anicahyadi.blogspot. co.id/2009/04/aplikasi-teknologi-pendidikan-dalam.html)

2.2  Pusat Sumber Belajar
Dalam penyelenggaraan pendidikan kita mengenai adanya pusat-pusat pendidikan, yang biasanya dikenal dengan istilah tripusat pendidikan yaitu: lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dari sudut formalitasnya, yaitu adanya usaha penyelengaraan pendidikan secara sistematik, kita mengenal istilah pendidikan formal dan nonformal. Dari sudut kelembagaan kita mengenal adanya penyelenggaraan pendidikan melalui sekolah dan pendidikan luar sekolah. Apapun namanya dan manapun kegiatan belajar mengajar dilakukan, kegiatan itu harus dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar yang terdapat di mana-mana baik langsung maupun tidak langsung, dalam bentuk sarana ataupun prasarana.
Menurut Merril dan Drob, yang dimaksud dengan pusat sumber belajar adalah; an organized activity cinsisting of a directies for production, procurement and presentation of instructional materials and provision of developmental and planning service related to the curiculum and teaching on a general university campus. Gerakan pertumbuhan PSB secara historis merupakan suatu kemajuan yang  bersifat gradual tetapi direncanakan, dari bentuknya yang pertama yaitu perpustakaan yang memberikan penekanan kepada media cetak. Dalam pelaksanaannya perpustakaan mereaksi atas permintaan-permintaan dan memberikan layanan kepada para konsumen yang bervariasi secara luas. Dengan demikian, salah satu alasan yang mendorong timbulnya PSB adalah adanya pengembangan sistem instriksional yang akan dapat meningkatkan efektivitas dan efsiensi kegiatan pembelajaran.
Disinilah letak hubungan yang penting antara PSB dengan Pengembangan Sistem Instriksional (instructional development). Sebab segala sumber dan bahan pembelajaran, segala macam peralatan audiovisual, segala macam tipe personal yang ada di dalam PSB, semuanya itu dimaksudkan untuk membantu mewujudkan pengembangan sistem instruksional untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses pemelajaran. Dengan demikian, untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi kegiatan pembelajaran melalui pengembangan sistem instruksional diperlukan PSB.
Hakikat dari PSB adalah terpusat kepada peserta didik. Dalam rangka mengembangkan kepribadiannya dan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu diperlukan lingkungan belajar tertentu pula, misalnya interaksi belajar dalam kelompok kecil, belajar mandiri, belajar bebas dan sebagainya.
Jadi, PSB merupakan wahana yang memberikan fasilitas dan kemudahan pada proses pembelajaran, di mana berbagai jenis sumber belajar dikembangkan, dikelola, dan dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan efektivitas dan efesiensi kegiatan pembelajaran.
Fungsi Pusat Sumber Belajar 
  1. Fungsi pengembangan sistem instruksional ialah fungsi yang bertujuan untuk menolong jurusan atau departemen dan staf tenaga pengajar secara individual di dalam membuat rancangan (desain) dan pemilihan options (pilihan) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar dan mengajar, yang meliputi : a) Perencanaan kurikulum, b) Klasifikasi pilihan program pembelajaran, c) Seleksi peralatan dan bahan d) Perkiraan biaya, e) Pelatihan bagi tenaga pengajar tentang pengembangan sistem instruksional, f) Pendanaan program, g) Unsur evaluasi dan h)  Dan program.
  2. Fungsi pelayanan media ialah fungsi yang berhubungan dengan pembuatan rencana program media dan pelayanan pendukung yang dibutuhkan oleh staf pengajar dan pelajar, yang meliputi : a) Penggunaan media untuk kelompok besar. b) Penggnaan media untuk kelompok kecil. c) Program belajar sendiri (individual). d) Pelayanan perpustakaan media/bahan pengajaran. e) Pelayanan pemeliharaan dan penyampaian. f) Pelayanan pembelian bahan-bahan dan peralatan.
  3. Fungsi produksi ialah Fungsi yang berhubungan dengan penyediaan materi dan bahan pelajaran yang tidak dapat diperoleh melalui sumber komersial, yang meliputi : a) Penyiapan karya seni asli untuk tujuan pembelajaran. b) Produksi transparansi untuk OHP. c) Produksi fotografi (slide, bahan/cetak, dan lain-lain) untuk presentasi. d) Pelayanan produksi fotografi. e) Memprogram, mengedit, dan memproduksi rekaman pita suara. f) Memprogram, memelihara, dan mengembangkan system radio dan televisi.
  4. Fungsi administratif ialah fungsi yang berhubungan dengan cara-cara bagaimana tujuan dan prioritas program dapat tercapai. Fungsi ini berhubungan dengan semua segi program yang dilaksanakan dan akan melibatkan semua staf dan pemakai dengan cara-cara yang sesuai. Hal ini meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut : a) Pembinaan personalia untuk media. b) Pengembangan koleksi media untuk program pembelajaran. c) Pengembangan spesifikasi pendidikan untuk fasilitas baru. d) Jumlah siswa yang harus dibantu. e) Jumlah pengajar yang harus dibantu. f) Penyediaan pelayanan untuk pemeliharaan bahan, peralatan, dan fasilitas.
  5. Fungsi pelatihan ialah fungsi yang berhubungan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) baik untuk pengelola PSB maupun masyarakat pengguna. 
Tujuan Pusat Sumber Belajar
Di antaranya meliputi pelatihan, pengembangan potensi pembelajaran, pelatihan pengembangan media pembelajaran (audio, audiovisual, multimedia, cetak, dan media sederhana), pelatihan pengembangan SDM dalam bidang teknis produksi dan sebagainya.
Tujuan umum
Pusat sumber belajar bertujuan meningkatkan efektivitas dan efesiensi kegiatan proses belajar-mengajar melalui pengembangan sistem instruksional. Hal ini dilaksanakan dengan menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan kelas tradisional dan untuk mendorong penggunaan cara-cara belajar yang baru (non-tradisional), yang paling sesuai untuk mencapai tujuan semua program pendidikan dan kewajiban-kewajiban institusional yang direncanakan lainnya.
Misi yang terutama dari pusat sumber belajar adalah pengembangan sistem intruksional yang merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar dan mengajar. Dalam fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan pusat sumber belajar, termasuk pengadaan dan pelayanan perpustakaan bahan pengajaran, dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan misi tersebut. 
Tujuan Khusus
Secara khusus Pusat Sumber Belajar bertujuan untuk:
  1. Menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi untuk membantu kegiatan kelas tradisional.
  2. Mendorong penggunaan cara-cara baru yang paling sesuai untuk mencapai tujuan program akademik dan kewajiban-kewajiban lainnya.
  3. Memberikan pelayanan dalam perencanaan, produksi, operasional, dan tindak lanjut mengembangkan sistem instruksional.
  4. Melaksanakan latihan bagi staf pengajar mengenai pengembangan sistem instruksional dan integritasi teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar.
  5. Memajukan penelitian yang akan membantu memajukan media pendidikan.
  6. Menyebarkan informasi yang akan membantu memajukan penggunaan berbagai macam sumber belajar dengan lebih efektif dan efisien.
  7. Menyediakan pelayanan produksi bahan pengajaran.
  8. Memberikan konsultasi untuk modifikasi dan desain fasilitas sumber belajar.
  9. Membantu mengembangkan standar penggunaan sumber-sumber belajar.
  10. Menyediakan layanan pemeliharaan atas berbagai macam peralatan media.
  11. Membantu dalam pemilihan dan pengadaan bahan-bahan media kelas dan peralatannya.
  12. Menyediakan pelayanan penilaian untuk membantu menentukan efektivitas berbagai cara pembelajaran.
Dari uraian tujuan khusus di atas, jelaslah bahwa pusat sumber belajar mempunyai peranan yang cukup menentukan di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Dengan demikian dari awal hendaklah selalu kita sadari bahwa pusat sumber belajar bukan semata-mata suatu tempat ataupun gudang penyimpanan berbagai macam peralatan dan bahan pengajaran.



2.3  Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
Pustekkom adalah salah satu unit kerja atau lembaga di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Model kegiatan pembelajaran berikutnya yang dikembangkan Pustekkom adalah yang memanfaatkan media internet. Melalui website yang dikembangkan Pustekkom, http://e-dukasi.net/., berbagai materi pelajaran dapat diakses oleh peserta didik atau masyarakat luas pada umumnya. Tidak hanya materi pelajaran yang tersedia, tetapi tersedia juga informasi tentang kebijakan pendidikan, pengetahuan ilmiah populer, pokok-pokok materi pelajaran, bimbingan belajar online, dan bank soal.
Latar belakang berdirinya Pustekkom
Strategi pembelajaran yang diterapkan di SMP biasa (konvensional) adalah sepenuhnya bersifat tatap muka. Sedangkan di SMP Terbuka, strategi pembelajaran yang diterapkan bersifat belajar mandiri. Hanya sebagian kecil saja waktu belajar peserta didik yang digunakan untuk belajar secara tatap muka dengan guru mata pelajaran (tutorial tatap muka). Sebagian besar dari waktu kegiatan belajar mandiri dilaksanakan pada sore hari (pukul 14.00-16.00) di gedung SD atau di tempat lain yang mudah dijangkau oleh para peserta didik di bawah bimbingan atau supervisi tutor (guru pamong).
Guru Pamong tidak berkualifikasi mengajar di SMP karena tugas mereka bukanlah untuk mengajar tetapi hanya mengelola kegiatan pembelajaran dan mengarahkan peserta didik untuk belajar optimal. Yang menjadi Guru Pamong pada umumnya adalah guru-guru dan Kepala Sekolah SD. Dewasa ini, SMP Terbuka dijadikan sebagai salah satu pola pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun.
Model pendidikan Sekolah Menengah tingkat Pertama Terbuka (SMP Terbuka) diusulkan sebagai alternatif pemecahan masalah yang bersifat inovatif untuk mengatasi ledakan lulusan SD yang dihasilkan sebagai dampak dari penerapan kebijakan pembangunan SD secara besar-besaran (SD Inpres) sehingga di dirikan lah Pustekkom.
Pustekkom di dirikan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1978 tertanggal 31 Agustus 1978 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0145/O/1979 tertanggal 30 Juni 1979 yang diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0222g/O/1980. Dan kini Pustekkom mengelola JARDIKNAS yaitu Jaringan Pendidikan Nasional, yang menjadi 'Jembatan Informasi Digital Dunia Pendidikan '.

2.4  Sistem Belajar Jarak Jauh
Pengertian Sistem Belajar Jarak Jauh
Belajar  jarak  jauh  bukanlah  suatu  hal yang baru dalam dunia pendidikan mengingat cara belajar ini sudah dikembangkan sejak tahun 1970-an. Bila dianalisis secara gamblang saja maka dapat dikatakan  belajar  jarak  jauh merupakan suatu bentuk system pembelajaran  yang  proses  pembelajarannya jauh dari pusat penyelenggaraan pendidikan dan bersifat mandiri. Pendidikan jarak jauh adalah suatu model pembelajaran yang membebaskan pebelajar untuk dapat belajar tanpa terikat oleh ruang dan waktu dengan sedikit mungkin bantuan dari orang lain.
Komunikasi yang berlangsung pada system pembelajaran ini bersifat komunikasi tidak langsung, artinya proses pembelajaran dilakukan dengan perantaraan dalam bentuk media cetak maupun multimedia yang dirancang khusus. Kalaupun ada kontak langsung, bukanlah suatu proses proses pembelajaran, namun suatu kegiatan tutorial untuk menyakinkan bahwa materi pembelajaran yang disampaikan kepada pebelajar melalui media benar-benar mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan.
Menurut HarinaYuhettu (2002) ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pendidikan jarak jauh antara lain:
1.      Dapat dipercepatnya usaha memenuhi kebutuhan masyarakat dan pasaran kerja.
2.      Dapat menarik minat calon peserta yang banyak.
3.      Tidak tergangggunya kegiatan kehidupan sehari-hari karena pola jadwal pembelajaran yang luwes.
4.      Harapan akan meningkatnya kerjasama dan dukungan pengguna lulusan atau keluaran.
Hakekat Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh
Hakekat pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian dan peningkatan kemampuan melalui berbagai kegiatan pengembangan dan pembelajaran. Adapun hakekat pendidikan sistem belajar jarak jauh ini adalah (Hamzah, 2007).
1.      Pendidikan sepanjang hayat
Salah satu bentuk hak azasi manusia adalah bahwa setiap manusia mulai dari kandungan hingga liang lahat berhak untuk memperoleh yang diperlukannya untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
2.      Pemberdayaan Pelajar/ Warga Belajar
Sistem pendidikan ini juga memperhatikan kepentingan pebelajarnya, kondisi, dan karakteristik mereka. Dengan cara menyelenggarakan berbagai pola pilihan pembelajaran, sumber belajar dan strategi dan pengelolaannya. Hal ini sesuai dengan tuntutan dari kebutuhan pendidikan formal, hanya saja peserta diberi kebebasan untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
Kondisi dan karakterisik peserta didik adalah keadaan pribadi dan lingkungan yang menunjukkan kemampuan, hambatan, dan peluang yang berbeda-beda.Kondisi seperti ini tidak seharusnya dijadikan alasan untuk tidak memberikan kesempatan belajar bagi pebelajar.
3.      Pemberdayaan Lembaga Pendidikan
Pelaksanaan proses pembelajaran, sistem pendidikan ini perlu diselanggarakan oleh lembaga pendidikan yang khusus dirancang untuk keperluan itu. Bentuk-bentuk lembaga pendidikan yang dikhususkan saat ini sudah terdapat Universitas Terbuka, Sekolah Dasar PAMONG, dan SLTP terbuka.Tujuan dari adanya lembaga pendidikan ini adalah untuk memusatkan kegiatan yang bersangkut paut dengan pelaksanaan pendidikan ini.Hal ini dinamakan pelayanan operasional yang dilakukan secara memusat, mencakup registrasi, penyediaan bahan pelajaran, bantuan belajar (tutorial), dan ujian yang paling sederhana yang dilakukan melalui komunikasi pos.

Prinsip Pendidikan Sistem Belajar Jarak jauh
Untuk pembuatan program ini dititikberatkan pada prinsip-prinsip pendidikan jarak jauh, diantaranya adalah sebagai berikut (Sadiman, 1999).
1.      Prinsip Kemandirian
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kurikulum yang memungkinkan dapat dipelajari secara independent learning, pebelajar dihadapkan pada pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri, dari mulai pembentukan kelompok belajar, program pendidikan yang digunakan, pola belajar yang disukai, mengunakan sumber belajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Penyelesaian program yang ditentukan sendiri oleh pebelajar.Bahan-bahan pelajaran yang disediakan berupa paket-paket yang dapat dipilih oleh pebelajar, yang didukung oleh pembimbing atau tutorial dan ujian yang dirancang dengan pendekatan belajar tuntas.Pebelajar belajar dengan mandiri dengan sesedikit mungkin melakukan pertemuan dengan tutor yang bersangkutan.
2.      Prinsip Keluwesan
Prinsip ini diwujudkan dengan dimungkinkannya peserta didik untuk memulai, mencari sumber belajar, mengatur jadwal dan kegiatan belajar, mengikuti ujian dan mengakhiri pendidikannya di luar ketentuan waktu dan tahun ajaran.Dikatakan luwes, pebelajar dimungkinkan untuk berpindah dari pendidikan formal ke pendidikan non-formal atau sebaliknya dari pendidikan non-formal ke pendidikan formal.
3.      Prinsip Keterkinian
Prinsip ini diwujudkan dengan tersedianya program pembelajaran yang pada saat ini diperlukan (just-in-time).Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan dan pelatihan konvensional yang program atau kurikulumnya termasuk buku-buku yang tersedia, dirancang untuk mengantisipasi keperluan masa mendatang (just-in-case).Kecepatan untuk memperoleh informasi yang baru merupakan suatu peluang untuk dapat bertahan dan berkembang dalam persaingan bebas.
4.      Prinsip Kesesuaian
Prinsip ini terwujud dengan tersedianya sumber belajar yang terkait langsung dengan kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja atau kemajuan masyarakat. Sumber belajar tersebut bobotnya harus setara dengan kompetensi yang diperlukan, tetapi disajikan dalam bentuk yang sederhana yang dapat dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Prinsip ini disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang pebelajar.
5.      Prinsip Mobilitas
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kesempatan bagi pebelajar untuk berpindah lokasi, jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang setara setelah memenuhi kompetensi yang diperlukan.
6.      Prinsip Efisiensi
Prinsip ini diwujudkan dengan pendayagunaan berbagai macam sumber daya dan teknologi yang tersedia seoptimal mungkin. Pemberdayaan segala sumber disekeliling pebelajarakan membantu pebelajar untuk dapat menggunakan sumber tersebut sebanyak mungkin, sehingga pebelajar tidak merasa kerepotan mengenai sumber belajarnya.
Perkembangan Pendidikan Sistem Belajar Jarak Jauh
Sistem pendidikan jarak jauh ini awalnya ikut berkembang ke dalam masyarakat Indonesia yang dimaksudkan sebagai salah satu pemecahan terhadap menjulangnya anak putus sekolah dan anak yang belum sempat merasakan kehidupan pendidikan. (Sudiman, 1999). Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh di Indonesia sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Menurut Hartilaar, penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebenarnya sudah lama diterapkan di Indonesia, yaitu sejak masuknya kolonial ke Indonesia.Namun perkembangannya terhenti tanpa diketahui sebabnya. Pada tahun 50-an muncul kembali pendidikan jarak jauh dalam bentuk penataran guru tertulis. Tujuan dari penataran ini adalah meningkatkan kualifikasi guru yang mengajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.Bahan belajar pada penataran ini terbatas hanya pada media cetak, yaitu modul.Untuk umpan balik terhadap peserta, bahan ajar dikirim melalui jasa pos. Pada awal tahun 70-an muncul prakarsa baru dalam penyelenggaraan pendidikan jarak jauh yaitu munculnya penataran guru dengan  berbasis siaran radio. Media utama dalam penataran ini adalah siaran radio yang dilengkapi dengan bahan penyerta cetak yang dikirim kepada peserta.
Perkembangan selanjutnya dalam rangka memajukan pendidikan jarak jauh ini maka dibentuklah pendidikan yang dinamai PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat Orang Tua dan Guru). Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan prinsip; belajar mandiri dengan menggunakan modul, belajar dengan kelompok sebaya, kompetisi untuk berprestasi, fungsi guru sebagai pengelola kegiatan belajar yang membantu pebelajar dalam memecahkan masalah yang tidak dapat dipecahkannya, menggunakan lingkungan  sebagai sumber belajar, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dengan melibatkan masyarakat sebagai narasumber. Dengan dibukanya SLTP Terbuka semakin menambah semaraknya perkembangan pendidikan jarak jauh ini pada tahun 1979.Pada tahun 1984, lembaga pendidikan tinggi mulai membuka diri untuk melayani kebutuhan terhadap pendidikan dengan dibukanya Universitas Terbuka.  Agak berbeda dengan pendidikan terbuka lainnya, pada SLTP Terbuka dan Universitas Terbuka media pembelajarannya yang digunakan lebih beragam.Mulai dari modul, siaran radio, kaset audio video dan siaran televise (Buletin SLTP Terbuka, 2000).
Mulai saat itu berbagai inisiatif dilakukan untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan jarak jauh yang diselenggarakan berbagai lembaga pendidikan.lembaga-lembaga tersebut memanfaatkan sistem belajar jarak jauh untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berada dilingkungan mereka masing-masing. Namun karena sumber-sumber yang diperlukan untuk pengembangan program belajar jarak jauh yang baik amat terbatas dan itu pun berserakan diberbagai tempat, inisiatif itu tidak tumbuh dengan sehat. Namun demikian, sejak berlakunya ujian akhir nasional yang standar pencapaiannya menjulang tinggi, timbul kembali fenomena baru dalam dunia pendidikan. Bagi anak-anak yang dinyatakan tidak lulus dalam UAS ataupun UAN maka mereka dapat mengikuti ujian penyetaraan melaui sekolah teruka. Mirisnya sekolah terbuka atau kejar paket ini dijadikan seolah-olah pelarian.Tentunya ini mempengaruhi pamor sekolah terbuka, yang menambah beban seolah-olah ini adalah sekolah pelarian? Namun yang lebih mirisnya lagi masih ada juga perguruan tinggi yang “ragu-ragu” menerima surat tanda tamat belajar dari sekolah terbuka, seolah-olah tidak percaya pada kelegalan surat tersebut.
Namun perkembangan pendidikan yang beragam, seperi adanya “homeschooling” menambah maraknya ragam system belajar jarak jauh yaitu dengan melibatkan internet. Seandainya sekolah system belajar jarak jauh dapat dimaksimalkan fungsinya dan adanya “sharing” pada lembaga-lembaga yang ada, maka dapatlah dibalikkan judul dalam artikel ini bahwa system belajar jarak jauh tetap menjadi pilihan!
Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh
Jika Kita lihat prinsip-prinsip di atas, penggunaan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dapat sangat efektif, khususnya bagi para peserta yang lebih dewasa dan memiliki motivasi kuat untuk mengejar sukses dan senang diberi kepercayaan melakukan proses belajar secara mandiri. Tetapi, kesuksesan Pembelajaran Jarak Jauh yang meninggalkan ketaatan pada jadwal seperti pada proses pembelajaran tatap muka, bukanlah merupakan suatu pilihan yang mudah baik bagi instruktur maupun peserta didik. Maka dari itu PJJ memiliki keterbatasan sekaligus kelebihan. Berikut kelebihan pembelajaran jarak jauh (Rusman, 2011).
a.       Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, waktu.
b.      Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan.
c.       Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara mudah.
d.      Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
e.       Peserta didik dapat benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar-mengajar karena ia senantiasa mengacu kepada pembelajaran mandiri untuk pengembangan diri pribadi (Hamalik, 1994).
Walaupun demikian, pembelajaran jarak jauh juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan atau kekurangan, antara lain (Rusman, 2011).
a.       Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antarsesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran.
b.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
c.        Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari puast pengelolaan pembelajaran jarak jauh kepada para peserta di daerah sering tidak tepat waktu, dank arenanya dapat menghambat kegiatan pembelajaran (Hamalik, 1994).
d.      Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
e.       Dukungan administratif untuk proses pembelajaran jarak jauh dibutuhkan untuk melayani jumlah peserta didik yang mungkin sangat
Karakteristik Pembelajaran Jarak Jauh.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yang dimaksud dengan Pendidikan Jarak Jauh (PPJ) adalah pendidikan yang pesertanya didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lainnya. Soekartawi (2003) memberikan karakteristik yang lebih spesifik dari PJJ yaitu sebagai berikut:
1.      Kegiatan belajar terpisah dengan kegiatan pembelajaran.
2.      Selama proses belajar siswa selaku peserta didik dan guru selaku pendidik terpisahkan oleh tempat, jarak geografis dan waktu atau kombinasi dari ketiganya.
3.      Siswa dan guru terpisah selama pembelajaran, komunikasi diantara keduanya dibantu dengan media pembelajaran, baik media cetak (bahan ajar berupa modul) maupun media elektronik (CD-ROM, VCD, telepon, radio, video, televisi, komputer). 
4.      Jasa pelayanan disediakan baik untuk siswa maupun untuk guru, misalnya resource learning center atau pusat sumber belajar, bahan ajar, infrastruktur pembelajaran). Dengan demikian, baik siswa maupun guru tidak harus mengusahakan sendiri keperluan dalam proses pembelajaran. 
5.      Komunikasi antara siswa dan guru bisa dilakukan baik melalui satu arah maupun dua arah (two ways communication). Contoh komunikasi dua arah ini, misalnya tele-conferencing, video-conferencing, e-moderating). 
6.      Proses pembelajaran di PJJ masih dimungkinkan dengan melakukan pertemuan tatap muka (tutorial) dan ini bukan merupakan suatu keharusan..  
7.      Selama kegiatan belajar, siswa cenderung membentuk kelompok belajar, walaupun sifatnya tidak tetap dan tidak wajib. Kegiatan berkelompok diperlukan untuk memudahkan siswa belajar. 
8.      Peran guru lebih bersifat sebagai fasilitator dan siswa bertindak sebagai participant.

2.5  Televisi Siaran Terbatas
Seiring perkembangan kemajuan teknologi, banyak hasil teknologi yang dapat dijadikan media pembelajaran. Media tersebut sudah dimiliki oleh semua orang, dan dinikmati pula oleh seluruh orang. Ketersediaan media yang banyak tersebut akan lebih mudah bagi teknologi pendidikan dan pembelajaran untuk mengembangkan pendidikan. Selain ide dari teknologi pendidikan, peran pemerintah yang secara bersama-sama ikut mengembangkan pendidikan. Salah satu media yang paling mungkin digunakan dalam teknologi pembelajaran adalah televisi. Setiap rumah memiliki satu atau lebih televisi, dan seluruh masyarakat menikmati siaran televisi setiap hari. Pemilihan siaran televise yang produktif dan bernuansakan pendidikan memerlukan ketegasan dari pemerintah, karena kualitas sumber daya manusia juga dapat diukur dari siaran televise yang ditampilkan pada stasiun televise di Negara tersebut.
Selain televisi sebagai media massa, kita kenal pula adanya program Televisi Siaran Terbatas (TVST) atau Closed Circuit Television. Pada TVST sebagai suatu system distribusi TV, alat pengirim dan alat penerima secara fisik dihubungkan dengan kabel. Hubungan itu bisa antara sebuah kamera dan alat penerima di dalam ruang yang sama, bisa pula beberapa kelas dihubungkan dengan satu sumber yang sama, sehingga penonton serentak dapat mengikuti program yang disiarkan.
Kelebihan TVST sebagai media pendidikan adalah:
1        Dapat dikontrol oleh guru. Guru tahu persis apa yang dibutuhkan siswanya, karena itu relevansinya bisa dijamin. Jadwal dan bahkan buku pegangan bisa disesuaikan/ dimasukkan dalam program.
2        Dapat memanfaatkan sumber-sumber daerah dan kepentingan daerah.
3        TVST memberikan kesempatan yang sama kepada murid-murid sekolah di daerah lingkup TVST bersangkutan. Kekurangan sarana, fasilitas dan guru-guru yang baik dapat diatasi dengan penampilan guru-guru ahli di TVST.
4        Membuat guru menjadi bagian dari suatu tim belajar-mengajar. Jika dia merasa diikutsertakan dalam mempersiapkan program sejak semula pastilah dia menanggapi program TVST tersebut secara positif. Siaran TV pusat seringkali mengabaikan kondisi masing-masing kelas.
5        TVST membantu mengatasi problem kekurangan guru yang bermutu.
6        TVST dapat untuk melatih guru meningkatkan kemampuan profesi, metode serta teknik mengajarnya.

2.6  Siaran Radio Pendidikan
Perkembangan Radio di Indonesia
Dari tahun ke tahun radio yang berdiri di Indonesia bertambah dengan pesatnya. Ada yang berkembang pada gelombang Am. Tetapi lebih banyak yang memilih mendirikan radio pada frekwensi Fm. Namun sebenarnya gelombang Am memiliki jangkauan lebih luas. Dari data situs nasional yang berskala internasional mencatat dan memantau bahwa perkembangan radio di Indonesia perkembangan radio sangat baik. Jumlah radio sekarang ini mencapai 1500 (seribu lima ratus) yang berjalan pada frekwensi 67.6 – 108.00 fm. Sekitar 50 radio sudah tidak mempublikasikan keberadaannya atau melakukan registrasi pada situs ini. Jumlah ini belum termasuk dengan radio-radio komunitas yang ada. Banyak pula pihak-pihak swasta maupun negeri yang mendirikan pada jalur Am karena sudah tidak tersedianya ruang dalam jaringan Fm. Dengan melihat angka tersebut kita dapat menilai bahwa radio di Indonesia tumbuh dengan suburnya.
Pemanfaatan radio dalam pendidikan
  • sebagai alternatif dalam penyebarluasan informasi pendidikan nonformal
Salah satu fungsi radio yang menarik berbagai segmen umur adalah radio sebagai media penyampai berita. Berbagai berita aktual yang terjadi di dalam negeri maupun luar negeri dapat dengan cepat diketahui oleh masyarakat melalui media radio. Untuk itulah, maka radio sebagai salah satu alternatif media massa patut menjadi pilihan bagi penyebarluasan informasi pendidikan non formal (PNF). Pendidikan Non Formal memegang peranan yang strategis dalam Sistem Pendidikan Nasional, hal tersebut jelas tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003. Pendidikan Non formal memiliki  kelebihan dibandingkan dengan pendidikan formal yaitu adanya keluwesan tempat, sasaran, waktu, dan program. Salah satunya adalah radio PNF yang dipancarkan pada gelombang 107,6 FM, Medan. Segmen utama yang menjadi siaran radio PNF adalah siaran PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), siaran program Kesetaraan, dan siaran pendidikan masyarakat lainnya
  • Siaran radio pendidikan untuk murid (SRPM)
Kegiatan ini dikenal sebagai SRPM-SD. Materinya disajikan dalam bentuk kaset audio dengan materi yang sulit dipahami oleh murid sekolah dasar. Program yang telah dikembangkan yaitu mata pelajaran matematika, IPA, IPS, PPKN dan Bahasa Indonesia. Dalam mengikuti program ini murid sekolah dasar juga dilengkapo dengan MODUL sebagai bahan penyerta. Sampai dengan saat ini sedang dirintis penerapannya di 5 SD dalam Kabupaten Aceh Besar.
  • Pendidikan dan pelatihan guru di daerah terpencil
Tanah air kita yang terdiri dari beribu pulau besar dan kecil serta memiliki wilayah yang sangat luas. Kondisi geografis yang demikian berakibat tidak meratanya kesempatan memperoleh pendidikan yang layak karena penyebaran guru-guru terutama guru-guru sekolah dasar sehingga mutu pendidikanpun kurang merata. Di kota-kota besar guru berlebih sedangkan di desa-desa terutama di daerah terpencil dan pedalaman sangat kekurangan guru. Tujuan terpenting dalam Diklat SRP adalah meningkatkan kemampuan guru SD dalam cara mengajar dan penguasaan materi pengajaran, terutama bagi mereka yang tinggal di desa dan tempat terpencil dan juga memberi kesempatan untuk mencapai standar mengajar.  Beberapa hasil study yang telah dilakukan menunjukan bahwa program Diklat SRP mendapat respon yang baik dari guru-guru khususnya yang berada di daerah terpencil. Mereka menyadari akan pentingnya peningkatan kualifikasi sebagai tuntutan profesionalisme guru.
Peran pemerintah
Di Indonesia pendidikan sebagai upaya pembelajaran sepanjang hayat telah diamanatkan didalam Tap MPR Nomor : II/ MPR/ 1988. Disebutkan, pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,masyarakat dan pemerintah. (Retno Sri Ningsih & Satmoko, 1999:65). Dalam radio siaran pendidikan terdapat surat keputusan direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah departemen pendidikan dan kebudayaan nomor : 239/c/kep/i/1992 tanggal 18 juli 1992 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Guru SD melalui siaran radio pendidikan, yaitu:
1.      Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan professional gurusekolah dasar.
2.      Memperluas kesempatan meningkatkan mutu profesional guru sekolah dasar yang belum mengikuti program penyetaraan
Pemerintah telah melakukan banyak hal dalam hal ini. Peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah menandakan bahwa pemerintah menaruh perhatian pada pendidikan dalam bentuk siaran radio.
Kendala Radio Pendidikan
Bagaimana perkembangan radio pendidikan di Indonesia sekarang ini? Ini mungkin pertanyaan yang muncul ketika meliat jumlah radio yang ada di Indonesia sekarang. Perkembangan yang terjadi pada radio pendidikan tidak sebanyak radio hiburan yang ada di Indonesia sekarang. Apakah yang salah dengan radio pendidikan yang ada di Indonesia sehingga tidak bisa berkembang. Banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengenai hal ini. Faktor-faktor yang bisa jadi pertimbangan dari kurang berkembangnya radio pendidikan di Indonesia, antara lain :
1.      Modal : Mendirikan radio pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Modal merupakan salah satu faktornya. Dana radio milik pemerintah tergantung pada APBD.
2.      SDM : Dalam perkembangannya siaran radio pendidikan mempunyai sumber daya manusia dari pegawai negeri sipil (PNS). Dalam radio pendidikan, SDM ini saja tidak cukup.harus ada orang yang kompeten dalam bidangnya.
3.      Publikasi : Orang-orang menganggap bahwa radio pendidikan masih merupakan radio komunitas dimana para pendengar kurang bisa berkomunikasi atau melakukan interaksi.
4.      Manajemen : Radio Pendidikan tidak ada salahnya jika senantiasa gencar memutar “promo acara” agar siaran ini dapat diketahui. Karena melakukan koordinasi dengan stakeholders dan instansi terkait.
Meskipun banyak kendala yang menghadang dalam mengembangkan radio pendidikan, pemerintah tidak terus putus asa. Terbukti sudah banyak sekolah-sekolah dan instansi pemerintah yang berhasil mendirikan radio pendidikan. Dinas pendidikan dan kebudayaan Surabaya telah berhasil membangun radio pendidikan yang telah menelan dana sebesar 400 juta rupiah. Radio ini memberikan informasi pendidikan untuk pendidik, peserta didik, dan bidang-bidang terkait di dalam pendidikan. Inovasi-inovasi terus dihadirkan untuk meningkatkan radio pendidikan. Dalam waktu dekat pemerintah melalui Menristek bekerja sama dengan UNESCO akan membuat radio internet. Radio internet merupakan kombinasi dari radio konvensional ditambah dengan fasilitas internet. Masyarakat setiap saat bisa menelepon ke radio tersebut untuk meminta informasi apa saja yang mereka butuhkan. Penggunaan iklan tidak diperblehkan bagi radio pendidikan yang berada di bawah naungan pemerintah. Berbeda dengan radio pendidikan yang berstatus swasta. Ini dapat diatasi dengan barter dengan pertukaran program atau narasumber. Perekrutan karyawan yang kompeten dibidangnya bisa menjadi solusi radio pendidikan dalam mengembangkan siarannya. Dari semua hasil yang didapat pemerintah belum bisa dikatakan berhasil. Masih banyak yang harus diperjuangkan agar radio pendidikan tidak kalah menarik dengan radio hiburan dan lebih baik dalam keseluruhan hal.



BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab II, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Penerapan teknologi pendidikan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran mempersyaratkan minimal tersedianya hal-hal berikut: a) dukungan teknologi atau infrastruktur, b) penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan content, c) dukungan policy dari pemerintah dan top leader, d) kesiapan masyarakat pengguna atau user. Sementara itu pemecahan masalah belajar secara empirik dapat dilakukan dengan berbagai cara, strategi, dan prosedur.
2.      Penggunaan buku, film, radio, TV dan multimedia interaktif telah menjadi harapan masyarakat sebagai sarana untuk bisa membantu memecahkan berbagai masalah proses pembelajaran dalam sistem pendidikan, merupakan upaya pemanfaatan teknologi untuk menunjang peningkatan kualitas proses belajar dan pembelajaran yang dilakukan secara tradisional.
3.      Hakikat dari PSB adalah terpusat kepada peserta didik. Dalam rangka mengembangkan kepribadiannya dan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu diperlukan lingkungan belajar tertentu pula, misalnya interaksi belajar dalam kelompok kecil, belajar mandiri, belajar bebas dan sebagainya.

III.2 Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Pemerintah dapat membuat sebuah perubahan dibidang pendidikan dengan bekerjasama dengan teknolog pembelajaran demi terbentuknya sumber daya manusia yang baik.
2.      Pemerintah lebih memperhatikan media elektronik yang ada agar dalam memberikan tayangan kepada masyarakat harus bersifat mendidik.
3.      Aplikasi penggunaan teknologi pendidikan perlu dimaksimalkan menjadi perhatian bagi semua elemen.




DAFTAR PUSTAKA
Barbara, B. S. & Rita, C. R. 1994. Teknologi pembelajaran. Definisi dan kawasannya. Jakarta. Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta.
Buletin SLTP Terbuka. 2000. Proyek perluasan dan peningkatan mutu SLTP propinsi Sumatera Barat. edisi 3. Padang.
Hamalik. O. 1994. Sistem pembelajaran jarak jauh dan pembinaan ketenagaan. Jakarta.
Hamzah,  B. U. 2007. Teori motivasi dan pengukurannya analisis di bidang pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Imas, K. & Berlin, S. 2016. Ragam pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan profesionalitas guru. Jakarta. Kata Pena.
Miarso, Y. 2007. Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Pustekkom-DIKNAS.
Purwanto, et.al. 2005. Jejak langkah perkembangan teknologi pendidikan di Indonesia. Jakarta: Pustekkom Diknas.
Rusman. 2011. Model-model pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sadiman, A. S. 1999. Jaringan sistem belajar jarak jauh Indonesia, Pusat teknologi komunikasi dan informasi pendidikan. Jakarta. Depdiknas.
Simarmata, U. 2008. Penerapan model konstruktivis dalam pembelajaran fisika di SMU dalam upaya menanggulangi miskonsepsi siswa. Jurnal Universitas Negeri Medan, ISSN:1907-7157.
Soekartawi. 2003. E-learning di Indonesia dan prospeknya di masa mendatang, Makalah pada seminar nasional ‘E-Learning Perlu E-Library’ di Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Sukardjo, M. 2012. Landasan pendidikan konsep dan aplikasinya. Depok. PT Rajagrafindo Persada.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rangkuman jurnal: Pengaruh model pembelajaran inquiry training dan motivasi terhadap hasil belajar fisika siswa

Dahlia, M. P., Sondang, R. M. 2016. Pengaruh model pembelajaran inquiry training dan motivasi terhadap hasil belajar fisika siswa...